Rabu, 06 Mei 2009

Akhirnya Aku Memilih Bukan Islam

Dilahirkan di keluarga penganut bukan Islam, menjadikan aku menganut agama bukan Islam. Aku dibesarkan di lingkungan pedesaan yang sebagian besar (kira-kira 65%) warganya menganut Islam dan sisanya (35%) menganut beragam agama yaitu Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu. Kerukunan hidup terpelihara dengan nyaman di desa tempatku dibesarkan meski kami berbeda kayakinan.

Desa kelahiranku itu sekarang sudah bukan desa lagi karena sudah menjadi kelurahan karena termasuk pada bagian perluasan wilayah kotamadya. Disana aku sampai berusia 28 tahun, walaupun sejak usia 19 tahun aku kos di kota guna melanjutkan pendidikan. Setelah menyelesaikan pendidikan, aku mencari pekerjaan ke ibukota negeri ini.

Ada pengalaman bathinku menyangkut pada pemilihan agama secara merdeka, yang rasanya ingin kubagikan bagi segenap pembaca.

Bukan maksudku untuk mendiskreditkan suatu agama dan menilai secara mark-up agama lain, namun aku hanya menggunakan logikaku dalam menjalani hidupku. Semoga saja dengan demikian maka kerukunan hidup seperti dulu kualami di desa tercipta lagi secara nasional.

Beberapa pertimbangan yang menghantarku memilih agama bukan Islam, antara lain:
1. Aku tidak Faham Bahasa Arab
Menurut pengamatanku, doa-doa yang dipanjatkan kepada Allah menurut tatacara Islam adalah doa-doa yang berbahasa Arab. Karena sejak kecil aku berada di lingkungan yang menggunakan bahasa yang bukan Bahasa Arab, maka merupakan kesulitan tersendiri bagiku untuk belajar Bahasa Arab. Karena itu, aku memilih agama yang tidak menggunakan Bahasa Arab, yang tentu saja bukan Islam.

2. Allah tidak Hanya Mengerti Bahasa Arab saja
Menurut pemahamanku, ketika Islam terbentuk menjadi agama yang terorganisir seperti sekarang ini, sudah banyak bahasa yang ada di bumi ini. Allah yang kupercayai, apabila hendak berfirman dengan menggunaan Bahasa Arab, tidak hanya menggunakan Bahasa Arab, namun semua bahasa yang eksis di bumi. Jadi, apabila ada yang menafsirkan bahwa Allah hanya mendengar doa yang diucapkan dalam Bahasa Arab, itu jelas-jelas mengingkari ciptaan lain yang tidak menggunakan Bahasa Arab.

3. Umat Islam Suka Pamer ke Penjuru Dunia Bahwa Mereka Berdoa
Menurut pengertianku, Allah yang konon juga disembah oleh Islam adalah maha mendengar. Jangankan getaran suara, irama bathinpun didengar oleh Allah. Berdasarkan pemahaman seperti itu, aku sangat heran menyaksikan umat Islam yang apabila berdoa, menggunakan pengeras suara di tingkap-tingkap bangunan, seolah-olah ingin memamerkan kepada seluruh dunia bahwa mereka sedang berdoa. Padahal, berdoa itu adalah urusan pribadi sesorang dengan Allah.
Karena hal tersebut, secara merdeka aku memilih agama yang bukan Islam. Doa adalah komunikasiku dengan Allah, tidak perlu orang-orang mengetahui bahwa aku sedang berdoa.

4. Agama Islam Mengindoktrinasi Umatnya Membenci Suku/Bangsa Israel
Menurut pemahamanku, suatu agama yang diimani berasal dari 'kebijakan' Allah, tidak akan membedakan orang dari suku apa saja, berwarna kulit apa saja, tinggal dimana saja,menggunakan bahasa apa saja. Dalam konteks ini, menurutku, agama sama seperti matahari yang bersinar tanpa membedakan apa-apa, melainkan menyinari siapa saja dan apa saja. Nah, jika agama Islam mengindoktrinasi umatnya untuk membenci ras (keturunan) Israel, hal yang menurutku itu tidak layak, maka secara merdeka aku memilih agama bukan Islam.
Ironisnya, Islam membenci keturunan Israel, tetapi Islam memandang Israel (Yakub = Jacob) sebagai nabi.

5. Islam Memandang Keturunan Muhammad Penuh Hormat
Kebalikan dari cara pandang kepada keturunan Israel, Islam memandang sangat hormat kepada keturunan Muhammad, bahkan sahabat Muhammad . Jadi, umat Islam memberikan penghormatan berlebihan kepada orang yang bergelar 'habib', walaupun sikap dan perilaku orang tersebut menjengkelkan. Walaupun seorang 'habib' bersifat peminum minuman keras, dan suka mencolek-colek isteri orang lain, 'habib' tersebut selalu dihormati oleh kaum Islam.

6. Penanggalan yang Berdasarkan Orbit Bulan
Menurut informasi pendidikan yang kuterima, bulan beredar di garis orbitnya mengelilingi bumi, yang beredar di orbitnya pula mengelilingi matahari. Penanggalan Islam yang dianut oleh manusia di bumi, didasarkan pada peredaran bulan, sementara secara internasional di bumi digunakan penanggalan yang berdasarkan orbit bumi. Jadi, menurut hematku, penanggalan yang digunakan manusia bumi, sebaiknya didasarkan pada orbit bumi, bukan orbit bulan, sehingga kurun musim relatif lebih rutin.
Dengan menggunakan penanggalan berdasarkan peredaran bulan, dalam satu tahun lebih singkat 11,25 hari daripada penanggalan berdasarkan peredaran bumi. Maka musim lebaran dan musim-musim keagamaan Islam menjadi tidak konsisten (tidak selalu terjadi pada musim yang sama), maju 11,25 hari yang baru akan kembali ke putaran awal setelah kira-kira 34 tahun.
Hal tersebut menyemangatiku untuk memilih agama yang bukan Islam. Apabila dicermati dari penanggalan Islam tidak sinkron dengan musim-musim di bumi.

7. Kaum Muda Islam Mengganggu Tidur Umat Bukan Islam pada Bulan Ramadan
Di negeri ini, setiap Bulan Ramadan menurut penanggalan Islam, umat Islam diwajibkan berpuasa, menahan hawa nafsu pada siang hari selama 30 hari. Remaja (kaum muda) mesjid biasanya pada malam hari mendatangi rumah-rumah dengan alat bunyi-bunyian untuk membangunkan pemilik rumah untuk menyiapkan makan minum sahur sebelum memasuki detik-detik puasa.
Aneh, kaum muda itu sengaja berlama-lama membunyikan alat-alatnya di depan rumah penganut bukan Islam. Hal tersebut mau tidak mau, suka tidak suka, akan mengganggu tidur umat bukan Islam.
Dari hal tersebut aku menilai bahwa umat Islam mempunyai toleransi beragama yang sangat tipis, malah menimbulkan kesan mengganggu kepada umat tidak seiman. Maka, secara merdeka aku semakin bertekad untuk tidak menganut Islam.

8. Puasa Hanya untuk Dilihat Orang Lain
Pada siang hari Bulan Ramadan, umat Islam menjalankan puasa yaitu tidak makan dan tidak minum serta tidak memuaskan nafsu. Setelah waktu berbuka, ramai dengan berbuka bersama, melakukan pesta makan besar. Nafsu makan dan minum siang harinya dilepas bebas, seolah-olah membalas penahanan selama siang hari.
Menurut pengertianku, berpuasa siang hari hanya untuk dilihat orang lain, dan hanya memindah waktu makan dan minum saja. Terbukti dari pada saat berbuka tiba, nafsu makan dan minum diumbar sebebasnya, sehingga di akhir Bulan Ramadan, biasanya bobot tubuh seorang Islam malah bertambah, bukan berkurang.
Karena hal tersebut, aku secara merdeka memilih bukan Islam. Menurutku, terkandung nilai-nilai kemunafikan disana.

9. Selaku Umat Mayoritas di Negeri ini, Islam Suka Memaksakan Kehendak
Pemaksaan kehendak Islam selaku pihak mayoritas kepada umat bukan Islam tampak dari diwajibkannya tutup toko dan warung selama Bulan Ramadan. Katanya untuk tidak menggoda orang yang sedang puasa. Suatu alasan yang dicari-cari.
Memang salah apabila kaum bukan Islam sengaja mempertontonkan makan dan minum atau merokok atau kegiatan pemuas nafsu lainnya kepada umat yang sedang berpuasa. Namun, kalau sampai melarang kegiatan makan, minum dan lain-lain kepada orang bukan Islam pada siang hari Bulan Ramadan, itu merupakan pemaksaan kaum mayoritas kepada kaum minoritass.
Betapa damainya bila pada Bulan Ramadan orang yang berpuasa ya puasa, dan orang yang tidak berpuasa dapat melakukan kegiatannya tanpa harus sembunyi-sembunyi.
Hal seperti itu membuatku semakin mantap memilih bukan Islam.

10. Menyamakan Busana dan Irama Terhadap Timur Tengah
Kaum Islam Indonesia menurutku sangat menganggap Timur Tengah adalah jalan menuju kebahagiaan dan keselamatan, sehingga segala sesuatu yang tampak luar, berusaha ditiru seratus persen. Padahal, terlepas dari keterbatasan penguasaan teknologi, suku-suku di Nusantara sudah memiliki busana dan alat musik tradisi masing-masing.
Menurutku, seseorang menganut agama tidak semata-mata tampak luar saja, melainkan yang utama adalah hati yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Walau busana seseorang adalah busana tradisionalnya, walau musik yang digunakan seseorang adalah musik tradisionalnya, namun kalau hatinya dipenuhi oleh semangat kebaikan yang diterimanya dari ajaran agama, akan sangat baik perilaku dan sikapnya. Namun sebaliknya, walau busana seseorang bermodel dan bahan dari Timur Tengah, walau musik seseorang adalah nasyid dan gambus murni, namun sikap dan perilakunya sama dengan orang primitif, dan hal seperti itu yang banyak ditemui pada kaum Islam Indonesia, yang menurutku berarti menghilangkan jati diri Indonesia, maka aku secara merdeka memilih bukan Islam agar aku tidak "diharuskan" memakai busana dan menggunakan musik Timur Tengah. Aku ingin mempertahankan nilai-nilai baik leluhur, ditambah dengan nilai-nilai baik leluhur orang lain.

11. Ada Nabi Besar
Umat Islam menamai Muhammad sebagai nabi besar, dengan sendirinya menganggap orang lain yang diakui sebagai nabi adalah nabi biasa. Syah-syah saja apabila seseorang mengidap narsisme, menganggap diri hebat dan mengecilkan pihak lain yang yata-nyata lebih besar. Namun, bicara tentang Islam, yang mengakui ada 25 nabi, memandang Muhammad sebagai nabi besar, kiranya perlu penyadaran-penyadaran.
Menurutku, sungguh kurang tepat mengakui Muhammad yang berperang memperluas pengaruh sebagai yang lebih besar daripada Musa yang membebaskan bangsanya dari perbudakan. Sungguh kurang tepat mengakui Muhammad yang memaksakan kehendak agar orang lain mengimaninya lebih besar daripada Sulaiman yang bijaksana. Sungguh kurang tepat mengakui Muhammad yang berdoa mohon ampunan dosa lebih besar dari Isa al Masih (apakah = Yesus Kristus?) yang tidak berdosa.
Pengakuan nabi besar yang menurut pemahamanku hanya pengaruh narsisme karena bertentangan dengan fakta, membuat aku semakin mantap memilih agama bukan Islam.

12. Kiblat yang Satu Arah
Konon, semua umat Islam berdoa menghadap (berkiblat) ke Mekkah. Apa dalil dan alasan penyebabnya belum kuketahui sampai sekarang. Namun, menurut pemahamanku, karena aku mempercayai Allah Maha Besar sehingga ada dimana-mana, maka berdoa tidak harus menghadap ke satu arah fisik penjuru angin, melainkan satu arah rohani/batin saja.
Hal ini termasuk yang membuat aku semakin mantap memilih bukan Islam.

13. Umat Islam itu Memandang Islam Agama yang Lemah
Menurut pemikiranku, agama yang benar-benar diilhami oleh Allah akan tumbuh dengan penuh pesona dalam segala hal positip, sehingga mampu berkembang tanpa memaksa. Agama akan tumbuh kembang dari berbagai contoh perilaku umatnya dalam berbangsa dan bermasyarakat. Apabila contoh yang diberikan melalui sikap dan perilaku umat Islam sungguh berkenan di hati masyarakat, maka Islam tidak akan ditinggalkan.
Kenyatannya, banyak umat Islam yang berpikir bahwa Islam itu begitu lemahnya sehingga harus dibela dengan mendirikan Forum Pembela Agama. Bahwa Islam akan runtuh apabila tidak dibela, seolah-olah Allah tidak mampu mempertahankan. Dengan kata lain, banyak umat Islam yang memandang bahwa Islam itu perlu dibela oleh umatnya, karena Allah tidak bersedia membelanya.
Menurutku, aku tidak akan mengikut agama yang lemah yang membutuhkan pembelaan. Aku mau mengikuti agama yang kuat tidak memerlukan pembelaan manusia, agama yang kaya sehingga memberi kepadaku, dan bukan yang miskin sehingga mengambil dariku.

14. Naik Haji Hanya untuk Menambah Devisa Bagi Arab
Satu rukun Islam yang sempat saya tau adalah menunaikan ibadah haji bagi umat yang mampu, baik dari segi ekonomi maupun kesehatan. Menurut cerita yang pernah saya dengar, ternyata puncak acara penunaian haji itu adalah mengelilingi ka'bah dan mencium batu hitam sambil berkata "aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah" tentu saja dalam Bahasa Arab yang tidak saya mengerti.
Di Arab, jamaah dari seluruh penjuru dunia terbanyak dari Indonesia karena Indonesia berpenduduk penganut Islam terbanyak, pasti makan, minum, tidur, berhajad, dan lain-lain prosesi kehidupan. Untuk apa?
Tidak lain tidak bukan, itu hanya taktik Muhammad saja untuk menghidupi negaranya, sebelum minyak bumi ditemukan.
Ini menurutku hanya trik ekonomi yang dibalut dengan "perintah agama = rukun Islam", yang mendatangkan sikap penolakan pemelukan Islam bagiku.

15. Islam Mengakui Adanya Agama Allah
Aneh, apa sih agama itu? Banyak definisi agama yang dapat diketengahkan. Maka saat muncul frase Agama Allah, terasa janggal. Untuk apa Allah beragama? Agar bisa masuk surga?
Keanehan tersebut membawaku untuk tidak memilih Islam sebagai anutan. Menurut pemahamanku, Allah tidak memerlukan agama sehingga Allah tidak beragama dan tidak ada Agama Allah.

16. Allah Islam Terbuat dari Dzat
Menurut pengetahuan yang kuterima dari peresekolahan, di dunia ini dikenal 3 wujud zat, yaitu padat, cair, dan gas. Pengertian itu kubawa sampai sekarang, dan saya pernah membatin karena diperkenalkan dalam pencarianku, bahwa ada zat keempat yaitu Dzat Ghoib, yaitu pembentuk Allah. Diimani kaum Islam bahwa Allah itu terbuat dari Dzat Ghoib.
Meminjam kata Arab yang sulit kumengerti itu, aku berkata masyaalloh, masyakan Allah terbuat dari zat yaitu Dzat Ghoib? Karena Allah terbuat atau terbentuk dari Dzat Ghoib, berarti ada yang membuat atau yang membentuk. Apa atau siapa gerangan pembuat atau pembentuk Allah itu? Pengertian yang tidak layak.
Karena Allah Islam terbuat dari Dzat Ghoib, maka aku tidak memilih Islam sebagai anutan. Allah bagiku tidak terdefinisikan, sebab setiap kudefinisikan, akan mengurangi makna Allah, sehingga Allah bagiku cukup bila kufahami dalam batin.

Nah, bagi pembaca yang budiman, arif, dan bijaksana, bukan maksudku untuk menggurui atau apapun. Aku hanya mengutarakan pikiran dan pertimbanganku sehingga seperti judul tulisan ini, AKHIRNYA AKU MEMILIH BUKAN ISLAM.